“Indra
senpai, ini syal rajutanku sendiri. Mohon diterima.” Ucap gadis manis
didepannya.
“maaf
Hikaru. Tapi,”
“aku
mohon senpai.” Ucap gadis itu sambil menunduk.
“baiklah,”
Indra menyerah dan menyimpan syal itu ditasnya.
“terima
kasih, senpai” ucap Hikaru sambil menundukkan badannya.
Indra
pun mengambil tasnya dan beranjak pulang. Namun, ia merasa ponselnya bergetar
dan berkedip tanda ada Blackberry
Messanger masuk. Sontak ia tersentak saat melihat pengirim pesan itu. Ia
berlari keluar sekolahnya dan menemukan sosok yang ia rindukan berdiri didepan
pintu pagar rumahnya. Ia memeluk sosok itu sangat dalam. Dibelainya rambut
gadis itu perlahan ia angkat wajah itu untuk menatapnya,
“kapan
kamu pulang dari Raleigh’,? Kenapa enggak bilang dulu,? Kalau aku tahu kamu mau
pulang, kan’ aku bisa jemput.” Ucap laki-laki berkacamata ini. Namun,
kata-katanya hanya disambut dengan senyuman oleh gadis itu.
“kamu
tetap enggak berubah ya, selalu mengkhawatirkan hal-hal kecil.”
“karena
hal-hal kecil itu berkaitan dengan kamu.” Ucap Indra seraya kembali memeluk
gadis itu kembali. “aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.”
“aku
pun merindukanmu.” Jawab gadis itu dengan lirih. “tapi,”
Karena
merasa ada yang mengganjal dari ucapan kekasihnya, Indra pun melonggarkan pelukannya
dan kembali memegang dagu gadis itu sambil menengadahkan kepalanya. Indra
melihat ada sorot mata yang aneh dari kekasihnya.
“kita
bicara didalam,” sahut Indra sambil menarik tangan Gita.
Saat
didalam rumah Indra, Gita memperhatikan keadaan rumah Indra. Ia bangun dan
melihat beberapa bingkai foto tersusun rapi diatas meja. Ada foto Indra
memegang medali, foto Indra dengan keluarganya, foto Indra bersama teman-teman
SMP nya. Ia mengangkat bingkai foto itu dan memperhatikan wajah polos
teman-temannya. Tiba-tiba dia merasa ada yang merengkuh pinggangnya dalam.
“kamu
merindukan mereka juga,?” tanya Indra sambil bersandar di bahu Gita.
“enggak.
Cuma, ada yang mengganjal di foto itu.” Ucap Gita sambil meletakkan bingkai itu
kembali.
“apa
?” tanya Indra sambil memutar tubuh gadis itu hingga menghadapnya. Gita
memperhatikan tubuh Indra yang semakin meninggi. Ia lalu tersenyum lirih.
“enggak
ada aku di foto itu. Harusnya diantara kamu dan Farid ada aku.” Jawab Gita
sambil memasang wajah cemberut. Indra hanya tersenyum jenaka lalu menundukkan
badan hingga wajahnya sejajar dengan Gita.
“sifat
kamu ini yang aku rindukan,” ucap Indra sambil mengecup bibir gadis dan
melumatnya perlahan. Untuk mereka berdua ini adalah ciuman pertama mereka.
Namun secara tiba-tiba Gita mendorong tubuh Indra sehingga ciuman mereka
terlepas dan Indra tersungkur kebelakang. Indra menatap kekasihnya dengan
bingung sedangkan Gita berlari keluar sambil menutupi wajahnya. Indra mengejar
kekasihnya dan memegang lengannya.
“kamu
kenapa,sih ?” tanya Indra. Gadis itu hanya terisak lirih lalu dilepaskan tangan
Indra perlahan.
“maaf.
Kita udahan aja. Aku kira bisa
bohongi perasaan aku. Tapi ternyata aku enggak bisa. Aku....”
“.........suka
sama orang lain.” Seketika Indra merasa eye
rocks berdebum jatuh di perutnya dan dadanya terasa sakit.
“kamu
enggak lagi bercanda, kan. Pasti karena April Mop kan. Pasti kamu buat lelucon
baru.”
“Ndra,
sadar! Aku emang udah enggak bisa sayang sama kamu.! Kamu lembut, enggak tegas.!
Bukan laki-laki seperti kamu yang aku mau.! Aku enggak mau ketemu kamu lagi.!
Kita putus! ” Gita berlari pergi meninggalkan Indra yang termenung menatap
punggung gadis yang dicintainya semakin menjauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar