Rabu, 12 Agustus 2015

MEMORABILIA Chapter 1



Lagu terakhir usai dengan iringan petikan gitar. Indra menengadah ke langit kamarnya. Pandangannya menyuram. Ia pejamkan mata dan memutar kembali memori ingatannya,
“Aku sayang kamu.” Ucap seorang laki-laki  yang dibalas dengan senyuman dan semburat merah di pipi seorang gadis dihadapannya.
“aku juga sayang kamu. Tapi, aku gak siap untuk LDR.” Jawab gadis itu.
“gak apa-apa. Aku siap kok, meski harus ditinggalin kamu ke Raleigh’. Aku siap. Karena bagi aku, Cuma kamu. Enggak ada yang lain.” Laki-laki itu menunduk menutupi wajahnya yang berubah memerah. Lalu laki-laki itu memeluk gadis itu dengan erat.
“I’ll miss you. Apapun yang kamu lakukan, aku percaya kalau kamu memang untuk aku.”
Ia menghela nafas setelah mengingat kenangan beberapa bulan yang lalu. Ya, beberapa bulan.
“ndra, nih ada Farid. Keluar dulu gih, samperin.” Panggil ibunya dari luar kamarnya. Dengan berat, ia melangkahkan kakinya untuk menemui Farid.
“darimana aja lu? Gua chat enggak di read mulu.” Sambut Farid sambil mengajak bersalaman.
“maaf, tadi keasyikan main gitar jadi enggak gua lihat chat dari elu. Jadi, gimana projek UKM Photografi kita?”
“yah,gitu. Kita kalah start sama kelas sebelah. Mereka buat UKM Lukisan Seniman Muda gitu. Tadi sih, gua udah nanya Pak Badri, katanya harus nunggu keputusan Kepala Sekolah.”
“jadi, selama ini, kemana aja proposal kita? Mandeg  di ruang TU aja dong.” Ucap laki-laki berwajah manis itu yang dijawab anggukan pelan oleh temannya.
“gimana kabar Gita ? elo masih berhubungan baik sama dia, kan?” tanya Farid setelah beberapa lama suasana menghening yang membuat Indra kembali menerawang.
“ah..udah deh. Masih banyak adik kelas yang kece-kece. Jangan-jangan juga dia di Raleigh’ udah punya gebetan. Ckckckck.” Ujar Farid sambil menepuk pundak Indra.
“terakhir, dia mengirimkan e-mail yang isinya, dia mau fokus sekolah dulu dan enggak mau keganggu oleh hubungan ini.”
“tuh kan’, gua bilang juga apa. Terkadang itu hanya kata-kata kiasan. Kenyataannya pasti enggak gitu.”
Indra kembali terdiam. Jujur saja, Gita adalah cinta pertamanya. Gadis pertama yang disukainya. Ada rasa tak rela untuk melepasnya begitu saja. Namun, tidak mungkin juga untuk memaksakan perasaan gadis mungil itu.
Farid yang melihat suasana kembali suram disekeliling temannya itu pun mendekati dan merangkul pundaknya.
“elu bisa dapetin yang lebih baik dari dia. Udah 1/2 tahun elu berhubungan sama dia. Bukannya itu waktu yang cukup untuk elu memiliki dia.”
“enggak, far. Enggak cukup. Elu kira kita bisa lupain orang yang kita sayang dalam sekejap?”
“iyaaa... gua tahu. Tapi, enggak seharusnya elu terpuruk gini.”
Indra kembali merenungkan kata-kata Farid. Salahkah jika ia selalu galau kala mengingat Gita.
“ehm.. udah deh. Udah malem. Gua balik dulu. Sampai jumpa di sekolah yo.” Ucap Farid undur diri dan pamit ke ibunya Indra.
***
bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar