2
tahun kemudian,
Laki-laki
itu keluar dari bandara dengan tenang. Ia menghirup udara kota Raleigh’ yang
dirindukannya.
“Indra...!!!!”
panggil seseorang kearahnya. Dia tersenyum dan menghampirinya.
“hei
Mrs. Jackie, sudah lama nunggu?” ucapnya dengan malu-malu. Takut membuat wanita
tua ini khawatir.
“aahh..
tidak apa-apa. Aku lebih senang menunggumu disini daripada menunggumu dirumah.”
Ucap wanita itu sambil merangkul pinggang Indra yang tingginya jauh melebihi
dirinya.
Raleigh’
adalah kota yang terletak di Utara California, Amerika Serikat. Udara, makanan
khas dan berbagai hal lain dari kota ini sangat membuatnya rindu. Atau mungkin
ada banyak hal lagi,
“mau
makan apa,? Chocolate pie, butter rum, roti strawberry?” Mrs.Jackie sudah bersiap didapur dan memakai
celemeknya.
“hahaha,tidak
perlu Mrs.Jackie. I’m fasting”
“aaaah...baiklah.
berarti aku harus menunggu selama beberapa jam lagi untuk membuatkanmu makanan.
Apa kau keberatan?”
“tidak.
Tidak sama sekali. Ngomong-ngomong, dimana kamar tidurku?”
“tepat
disebelah kamar tidurku. Aku masih menyimpan beberapa bajumu disana. Pakailah.”
Mrs.Jackie menepuk punggung laki-laki yang sudah dianggap sebagai anaknya
sendiri itu.
Indra
memerhatikan isi kamar tidur yang pernah ia tempati hingga, ah bahkan dia lupa.
Ia menepuk kasur yang hebatnya tidak terasa dingin sama sekali.
“kau
pasti bingung mengapa kasurmu dapat hangat padahal kau meninggalkannya cukup
lama. Dulu keponakanku sempat tinggal bersamaku setelah suamiku meninggal.
Kebetulan ukuran bajumu dan dia sama. jadi aku izinkan dia menempati kamar
ini.” Wajah Mrs.Jackie sumringah melihat Indra begitu menyukai penjelasannya.
“mandilah
dulu, lalu tidur.” Jelasnya sambil menutup pintu.
Indra
membuka travel bag miliknya dan
menyusun barang-barang bawaannya lalu mengganti pakaiannya dengan T-shirt dark blue dan celana pendek. Ia menuju
beranda rumah mereka dan bersandar di tepi. Menelusuri pemandangan yang begitu
mia rindukan. Tidak banyak berubah dari kota ini. Semua terlihat sama bahkan
tidak berubah 1 pun. Hanya terlihat banyaknya pohon oak dan jalan yang sudah teraspal dengan rapi. Ia meminjam volkswagen milik Mrs.Jackie.
Harusnya aku benar-benar
mempelajarinya dulu,
Pikirnya. Setelah beberapa kali memutari desa, ia menggerakkan kemudi menuju
arah kota. Sekilas tak ada yang berbeda antara desa yang ia tempati dengan
sekitar kota. Mungkin yang membedakannya hanya beberapa pertokoan,.
“apa
kau sudah melihat toko Bill’s n’ Drop? Kau harus melihatnya. Disana menjual barang-barang yang begitu diminati oleh remaja
seusiamu,James.” Papar Mrs.Jackie saat memasukkan chocolate pie ke panggangan. James adalah panggilan Indra ketika di
Raleigh’. “kau harus mengangkatnya. Mereka sudah berkedip sejak beberapa waktu
yang lalu.” Ucap Mrs.Jackie seraya menunjuk ponsel Indra.
“ya,
Far. Gua baik-baik aja. Kenapa elo keliatan senang gitu? Abis dapet Jackpot?” canda Indra.
“ndra,
lu harus tau. Projek kita deal. Dan sekarang yang bakalan urus adalah
Pemerintah Kota. Lu nyangka gak ? Aaah, andaikan elu disini. Kapan elu balik
dari Raleigh’? gua kangen banget sama elu. Kita harus urus projek ini
sama-sama.” Ucap Fharid dari seberang sana.
“gua
pingin menyendiri dulu. Gua butuh waktu untuk sendiri.”
“ya,ya,ya.
Kalau memang elu berubah pikiran dan pingin pulang. Elu bisa ngabarin gua. Oke?
Bye.” Indra menatap keluar jendela dapur. Senja lebih cepat muncul daripada di
Indonesia.
“well-chocolate pie-siap.” Mrs.Jackie
mengeluarkan pie yang masih mengepul.
“terima
kasih bibi Jackie. Oh,ya. Apa kau selalu sendirian disini? Aku tidak melihat
siapapun disekitar rumahmu.”
“mereka
sibuk bekerja. Pada akhirnya mereka hanya pulang lalu tidur. Kota yang sibuk-sangat sibuk.”
“hampir
24 jam mereka pergi-menarik.”
“bukan
menarik jika kau harus mengorbankan tenagamu.” Ucap Mrs.Jackie sambil meremas
pundaknya.
“wow,
bibi Jackie ini sangat hebat. Kau yang terbaik.” Indra mengusap sudut bibirnya
yang belepotan coklat.
“hem,
kalau begitu habiskan. Kau tidak mau melihat itu tersisa begitu saja kan’.”
Ucapnya sambil tersenyum dan masuk kekamarnya.
Setelah
beberapa lama berusaha menghabiskan pie
itu, Indra pergi keluar rumah dan duduk di pelataran beranda. Ia memandangi
langit malam Raleigh’ dan menghirup udara yang tercampur dengan bau daun
kering. Ia mulai menyukai kegiatan ini. Ebebrapa cerobong asap rumah terlihat
mengepul dan beberapa anak bermain. Ia menutup matanya dan mendengar rumput
yang berbisik, burung-burung yang ingin pulang ke sarang, dan..
“permisi,
apa kau keponakan bibi Jackie?” suara perempuan. Indra menengadah melihat ke
pemilik suara. Ia hanya mengangguk.
“apa
bibi Jackie ada? Aku ingin memberikan beberapa buah dan manisan dari ibuku.”
Indra bangkit dan membukakan pintu.
“dia
ada di kamarnya.” Seraya menunjuk kamar berpintu coklat mahoni.
“terima
kasih. Siapa namamu?” gadis itu mengulurkan tangan dan menatapnya dengan tatapan
bersahabat. “aku Jill,”
“James.”
Balasnya menyambut uluran tangan gadis itu.
Suasana
seketika menghangat dan Indra pun menyadari hal itu. Entah karena Jill begitu
bersahabat atau ia merasakan suatu kecocokan yang tak mengerti.
Jill adalah sosok yang berbeda dengan dirinya.
Jill tidak pernah mau diam walau hanya sedetik. Dia selalu terlihat bersemangat
dalam hal apapun dan dia-bawel. Sangat bawel.
“James,
kita harus mendaki. Kau tahu, pemandangan dari atas gunung Raleigh berbeda dari
Indonesia. Kau harus melihatnya. Lalu kita harus berkemping dan membuat api
unggun. Lalu membakar marshmallow dan
lari pagi di tepi danau lalu berenang.”
“hem.. Jill, apa kau tidak canggung bertemu orang
seperti aku? Kau tahu-orang yang berbeda
denganmu.” Kata Indra sembari menekankan kata berbeda di tengah tengah kalimat.
Sejenak Jill hanya terdiam dan menatap Indra dalam. Lalu ia tersenyum.
“mana mungkin aku canggung. Kamu baik, dan aku menyukaimu.” Ucap Jill yang membuat
Indra membelalakan mata.
“hahaha,jangan serius begitu. Aku hanya bercanda. Kau
tahu,aku sudah bertunangan.” Ucap
Jill sembari memperlihatkan gelang putih yang sederhana.
“gelang? Bukannya bertunangan itu dengan cincin?”
“oh, aku yang memintanya. Aku tidak mau memakai benda
yang terlihat mencolok. Jadi, kupilih ini saja.”
“congrats
untuk tunanganmu. Dia hebat bisa mendapatkan perempuan sepertimu. Lihat.” Ucap Indra sembari memeluk Jill
erat.
“makasih James.”
***
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar