Senin, 24 Agustus 2015

Karena Aku Tahu Bagaimana Rasanya Menginginkan Seseorang yang Tidak Pernah Menginginkanku

Teruntuk kamu yang sering sekali datang dan pergi di hidupku, terkadang mendekapku erat namun seketika mengabaikanku, memberikanku hal yang indah lalu mengacaukannya, menyembuhkan luka hatiku, kemudian membuat yang lebih menyakitkan. Menyayangiku lalu melupakanku, memberikanku harapan, lalu membuangku.

Tidak jarang kamu membuatku benar-benar bahagia, merasa tenang, merasa aman, dan merasa kuat. Tidak jarang kamu memelukku erat, memberikan senyuman terindahmu, dan membuatku merasa penting di hidupmu. Tidak jarang kamu menjagaku, melindungiku, dan membuatku merasa aman dan nyaman. Tidak jarang, aku merasa bangga ketika kamu memperhatikanku di depan orang lain seakan nyata perasaanmu padaku.

Tapi itu kamu, akan selalu jadi kamu yang melakukan apa saja sesuka hatimu.
Kamu adalah kamu. Melakukan apa saja yang membuatmu bahagia. Kamu hanya kebetulan melakukan sesuatu yang aku suka dan membuatku bahagia. Namun aku tahu bukan itu niatmu. Kamu hanya memelukku saat kamu butuh pelukan di tengah kehidupanmu yang terkadang sepi dan merindukan dia. Kamu hanya memperhatikan aku ketika tidak ada dia di sini. Kamu tidak ingin kehilangan aku, tapi aku tahu bukan seperti yang aku bayangkan.

Kamu hanya takut kehilangan penghiburmu. Kamu takut tidak ada lagi yang bisa menjadi pelampiasan kesepianmu. Perasaanmu tidak nyata, tidak untukku.

Sesekali merenunglah! Tidakkah kamu takut ketika Tuhan menukar posisi kita? Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku ?
Aku menyayangimu dengan tulus atau sebut saja aku menyayangimu dengan bodoh, begitu kata sahabatku. Aku tidak peduli seberapa dalam luka yang kamu berikan atau seberapa dalam kamu menyakiti aku. Aku selalu menerimamu ketika kamu datang dengan sejuta kesedihanmu dan membutuhkan aku untuk mengusir kesepianmu. Aku tidak pernah mengharapkan balasan perasaanmu meskipun itu akan sangat menyempurnakan hidupku.

Aku tidak selancang itu memintanya padamu. Hanya dengan dekat denganmu saja, aku sudah bisa tersenyum bahagia. Hanya dengan melihatmu bahagia saja, meski bukan denganku.
Aku hanya akan menangis sesekali ketika kamu mulai asyik dengan duniamu atau dengan dia, lalu mengabaikan aku seakan aku tidak pernah ada. Aku akan terus tersenyum mendengarmu bercerita menggebu-gebu meski itu bukan tentang kita, bukan tentang aku. Aku hanya akan diam ketika kamu menyakiti. Aku tidak pernah berpikiran untuk membalasmu sedikit pun. Aku hanya akan diam ketika kamu menghancurkan hatiku.

Aku akan menyimpannya dan menyatukannya kembali sendiri. Aku hanya akan memendam kekecewaanku dalam-dalam kepadamu. Aku hanya akan tersenyum. Aku hanya akan mendoakan semoga hidupmu diiringi kebahagiaan selalu.

Aku tidak apa-apa, Sayang! Tenanglah, saja! Jalani saja yang hatimu mau. Jika kamu membutuhkanku, datanglah ke sini! Aku di sini untukmu, meskipun hatiku belum sepenuhnya sembuh. Tidak akan kamu rasakan kekecewaanku. Aku tidak apa-apa, Sayang. Berlarilah sejauh mungkin, kejarlah apa yang kamu mau! Kembalilah kapan saja! Kamu tidak perlu takut sendirian. Selama ini, bukankah aku selalu ada ketika kamu butuhkan?

Bukankah aku tidak pernah mengeluh tentang perlakuanmu kepadaku? Lihatlah! Aku masih berdiri tegar di hadapanmu, aku masih sekuat itu.
Tapi sayang, aku tidak bisa menjanjikan ini selamanya. Aku juga ingin ada seseorang yang mengharapkan aku seperti aku mengharapkanmu. Aku tahu Tuhan sudah menyiapkannya untukku. Aku tidak bisa selamanya setegar ini untukmu. Aku hanya wanita biasa. Hatiku tidak setegar itu. Lama-kelamaan, aku akan mati sendiri jika tetap keras kepala membiarkanmu tinggal di hatiku. Bisa-bisa mati hatiku kamu biarkan seperti itu. Jika tiba saatnya nanti, saat Tuhan mempertemukan aku dengannya yang menginginkanku, kumohon padamu jangan menyesal.

Jangan sesali wanita yang pernah menyayangimu dengan tulus sedalam ini. Jangan pula memintaku kembali untukmu. Aku tidak ingin mengecewakannya yang menginginkan aku. Karena aku tahu benar bagaimana rasanya menginginkan seseorang yang tidak pernah menginginkanmu.

Cukuplah kamu tahu aku pernah menyayangimu tanpa alasan, sedalam ini, cinta yang membunuhku sendiri.

http://www.hipwee.com/opini/karena-aku-tahu-bagaimana-rasanya-menginginkan-seseorang-yang-tidak-pernah-menginginkanku/

by. Arlina Aisyah (arlinaaisyah1921@gmail.com)

Selasa, 18 Agustus 2015

Memorabilia Chap 7



Mereka saling bertatapan di waktu yang cukup lama. Tersadar mereka sedang di posisi yang sama-sama terduduk di tanah, Indra pun bangun lalu mengulurkan tangannya untuk membantu perempuan itu.
“kau mengenalku?” tanya perempuan itu pada Indra. Kepalanya yang tertutup capuchon membuat wajahnya kurang terlihat ditambah dengan suasana malam yang minim cahaya.
“harusnya aku yang bertanya begitu padamu, apa kau mengenalku?” Indra mengulang perkataan gadis itu kembali.
“Dean.” Ucap perempuan itu sembari mengulurkan tangannya. “setahuku, hanya ada Leo yang tinggal dirumah Ms. Jackie,”
“James. Well-memang sebelumnya ia yang tinggal disana. Namun tempatnya-Leo, ditempati olehku. Kau tahu itu,” sembari membalas uluran tangannya. “jadi, kau dan Leo-“
“tidak. Tidak seperti yang kau kira. Kami tidak seperti itu. Hanya saja aku baru kembali dari Jepang dan tidak berkomunikasi dengannya selama hampir 5 tahun. Yah-kukira kau adalah dia. Maafkan aku.”
“tidak masalah. Kau tahu-aku pun begitu, kukira kita adalah orang yang pernah bertemu. Namun, tak kusangka kau ternyata menganggapku adalah Leo. Jadi, Dean, itu namamu kan’? berapa usiamu?”
“18 tahun. Tapi, aku sudah kuliah semester 3 di Tokyo University,” ucapnya bangga.
“wow-itu sangat keren. Di usiaku, kau tahu-berbeda 2 tahun denganmu. Aku sudah mengalami banyak perubahan yang signifikan,”
“oh ya, contohnya ?”
yeah, masalah teman, prestasi, keluarga, bahkan-Cinta.” Indra berusaha menutupi suaranya yang mulai bergetar.
“yah-aku tahu. Kita semua bisa mengalami masalah. Begitupun aku, benar?”

                                                                 ****
                                                       bersambung..

Kamis, 13 Agustus 2015

MEMORABILIA Chap 6



Indra mengutak-atik email pribadinya. Beberapa pesan masuk dari Fharid yang menunjukkan foto-foto piala idaman mereka selama ini. Ia penasaran dengan email terbaru dari Fharid dan sedikit menghela nafas panjang saat ia tahu yang Fharid permasalahkan adalah Jill.
she has engaged with another man. Jadi, tolong jangan bahas apapun lagi. Kita Cuma teman.” Tulisnya di Reply email Fharid.
Ia rebahkan tubuhnya di ranjang yang telah menemaninya hampir 4 tahun-yang lalu. Saat matanya mulai terpejam, terdengar suara benda terlempar masuk melalui jendela kamarnya. Sebuah botol. Ia membuka dan melihat isi didalam botol. Kosong. Ia mencium bau bibir botol tersebut. Cherry, sesuatu yang membuatnya mabuk sesaat hingga ia hampir lupa siapa dirinya sebenarnya.
“who is it? ” katanya dalam namun lantang. Dia melihat keluar jendelanya dan melihat sekeranjang apel beserta tulisan, “kamu tahu kemana kamu harus pergi”. Ia melihat sekeliling lalu mengambil sweater merahnya. Ia melihat kondisi bibi Jackie lalu mengendap-endap keluar rumah. Ia berjalan terus hingga ia melihat kebun pohon apel. Memang tidak terlalu terlihat karena suasanya yang begitu gelap. Suara burung hantu dan semilir angin lah yang menuntunnya kemana ia harus pergi. Hingga tiba-tiba ia merasa ditarik oleh sesuatu dan mendengar teriakan kecil perempuan yang ditabraknya. Atau-menabraknya.
“auch.” Ucap mereka berbarengan. Lalu saling menatap dan kembali berucap,
“kamu siapa?”
***
bersambung...

MEMORABILIA Chap 5



2 tahun kemudian,
Laki-laki itu keluar dari bandara dengan tenang. Ia menghirup udara kota Raleigh’ yang dirindukannya.
“Indra...!!!!” panggil seseorang kearahnya. Dia tersenyum dan menghampirinya.
“hei Mrs. Jackie, sudah lama nunggu?” ucapnya dengan malu-malu. Takut membuat wanita tua ini khawatir.
“aahh.. tidak apa-apa. Aku lebih senang menunggumu disini daripada menunggumu dirumah.” Ucap wanita itu sambil merangkul pinggang Indra yang tingginya jauh melebihi dirinya.
Raleigh’ adalah kota yang terletak di Utara California, Amerika Serikat. Udara, makanan khas dan berbagai hal lain dari kota ini sangat membuatnya rindu. Atau mungkin ada banyak hal lagi,
“mau makan apa,? Chocolate pie, butter rum, roti strawberry?” Mrs.Jackie sudah bersiap didapur dan memakai celemeknya.
“hahaha,tidak perlu Mrs.Jackie. I’m fasting
“aaaah...baiklah. berarti aku harus menunggu selama beberapa jam lagi untuk membuatkanmu makanan. Apa kau keberatan?”
“tidak. Tidak sama sekali. Ngomong-ngomong, dimana kamar tidurku?”
“tepat disebelah kamar tidurku. Aku masih menyimpan beberapa bajumu disana. Pakailah.” Mrs.Jackie menepuk punggung laki-laki yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri itu.
Indra memerhatikan isi kamar tidur yang pernah ia tempati hingga, ah bahkan dia lupa. Ia menepuk kasur yang hebatnya tidak terasa dingin sama sekali.
“kau pasti bingung mengapa kasurmu dapat hangat padahal kau meninggalkannya cukup lama. Dulu keponakanku sempat tinggal bersamaku setelah suamiku meninggal. Kebetulan ukuran bajumu dan dia sama. jadi aku izinkan dia menempati kamar ini.” Wajah Mrs.Jackie sumringah melihat Indra begitu menyukai penjelasannya.
“mandilah dulu, lalu tidur.” Jelasnya sambil menutup pintu.
Indra membuka travel bag miliknya dan menyusun barang-barang bawaannya lalu mengganti pakaiannya dengan T-shirt dark blue dan celana pendek. Ia menuju beranda rumah mereka dan bersandar di tepi. Menelusuri pemandangan yang begitu mia rindukan. Tidak banyak berubah dari kota ini. Semua terlihat sama bahkan tidak berubah 1 pun. Hanya terlihat banyaknya pohon oak dan jalan yang sudah teraspal dengan rapi. Ia meminjam volkswagen milik Mrs.Jackie.
Harusnya aku benar-benar mempelajarinya dulu, Pikirnya. Setelah beberapa kali memutari desa, ia menggerakkan kemudi menuju arah kota. Sekilas tak ada yang berbeda antara desa yang ia tempati dengan sekitar kota. Mungkin yang membedakannya hanya beberapa pertokoan,.
“apa kau sudah melihat toko Bill’s n’ Drop? Kau harus melihatnya. Disana menjual  barang-barang yang begitu diminati oleh remaja seusiamu,James.” Papar Mrs.Jackie saat memasukkan chocolate pie ke panggangan. James adalah panggilan Indra ketika di Raleigh’. “kau harus mengangkatnya. Mereka sudah berkedip sejak beberapa waktu yang lalu.” Ucap Mrs.Jackie seraya menunjuk ponsel Indra.
“ya, Far. Gua baik-baik aja. Kenapa elo keliatan senang gitu? Abis dapet Jackpot?” canda Indra.
“ndra, lu harus tau. Projek kita deal. Dan sekarang yang bakalan urus adalah Pemerintah Kota. Lu nyangka gak ? Aaah, andaikan elu disini. Kapan elu balik dari Raleigh’? gua kangen banget sama elu. Kita harus urus projek ini sama-sama.” Ucap Fharid dari seberang sana.
“gua pingin menyendiri dulu. Gua butuh waktu untuk sendiri.”
“ya,ya,ya. Kalau memang elu berubah pikiran dan pingin pulang. Elu bisa ngabarin gua. Oke? Bye.” Indra menatap keluar jendela dapur. Senja lebih cepat muncul daripada di Indonesia.
“well-chocolate pie-siap.” Mrs.Jackie mengeluarkan pie yang masih mengepul.
“terima kasih bibi Jackie. Oh,ya. Apa kau selalu sendirian disini? Aku tidak melihat siapapun disekitar rumahmu.”
“mereka sibuk bekerja. Pada akhirnya mereka hanya pulang lalu tidur. Kota yang sibuk-sangat sibuk.”
“hampir 24 jam mereka pergi-menarik.”
“bukan menarik jika kau harus mengorbankan tenagamu.” Ucap Mrs.Jackie sambil meremas pundaknya.
“wow, bibi Jackie ini sangat hebat. Kau yang terbaik.” Indra mengusap sudut bibirnya yang belepotan coklat.
“hem, kalau begitu habiskan. Kau tidak mau melihat itu tersisa begitu saja kan’.” Ucapnya sambil tersenyum dan masuk kekamarnya.
Setelah beberapa lama berusaha menghabiskan pie itu, Indra pergi keluar rumah dan duduk di pelataran beranda. Ia memandangi langit malam Raleigh’ dan menghirup udara yang tercampur dengan bau daun kering. Ia mulai menyukai kegiatan ini. Ebebrapa cerobong asap rumah terlihat mengepul dan beberapa anak bermain. Ia menutup matanya dan mendengar rumput yang berbisik, burung-burung yang ingin pulang ke sarang, dan..
“permisi, apa kau keponakan bibi Jackie?” suara perempuan. Indra menengadah melihat ke pemilik suara. Ia hanya mengangguk.
“apa bibi Jackie ada? Aku ingin memberikan beberapa buah dan manisan dari ibuku.” Indra bangkit dan membukakan pintu.
“dia ada di kamarnya.” Seraya menunjuk kamar berpintu coklat mahoni.
“terima kasih. Siapa namamu?” gadis itu mengulurkan tangan dan menatapnya dengan tatapan bersahabat. “aku Jill,”
“James.” Balasnya menyambut uluran tangan gadis itu.
Suasana seketika menghangat dan Indra pun menyadari hal itu. Entah karena Jill begitu bersahabat atau ia merasakan suatu kecocokan yang tak mengerti.
 Jill adalah sosok yang berbeda dengan dirinya. Jill tidak pernah mau diam walau hanya sedetik. Dia selalu terlihat bersemangat dalam hal apapun dan dia-bawel. Sangat bawel.
“James, kita harus mendaki. Kau tahu, pemandangan dari atas gunung Raleigh berbeda dari Indonesia. Kau harus melihatnya. Lalu kita harus berkemping dan membuat api unggun. Lalu membakar marshmallow dan lari pagi di tepi danau lalu berenang.
“hem.. Jill, apa kau tidak canggung bertemu orang seperti aku? Kau tahu-orang yang berbeda denganmu.” Kata Indra sembari menekankan kata berbeda di tengah tengah kalimat. Sejenak Jill hanya terdiam dan menatap Indra dalam. Lalu ia tersenyum.
“mana mungkin aku canggung. Kamu baik, dan aku menyukaimu.” Ucap Jill yang membuat Indra membelalakan mata.
“hahaha,jangan serius begitu. Aku hanya bercanda. Kau tahu,aku sudah bertunangan.” Ucap Jill sembari memperlihatkan gelang putih yang sederhana.
“gelang? Bukannya bertunangan itu dengan cincin?”
“oh, aku yang memintanya. Aku tidak mau memakai benda yang terlihat mencolok. Jadi, kupilih ini saja.”
congrats untuk tunanganmu. Dia hebat bisa mendapatkan perempuan sepertimu. Lihat.” Ucap Indra sembari memeluk Jill erat.
“makasih James.”

                                                               ***
                                                   bersambung...

Rabu, 12 Agustus 2015

MEMORABILIA Chap 4



maaf. Kita udahan aja. Aku kira bisa bohongi perasaan aku. Tapi ternyata aku enggak bisa. Aku suka sama orang lain.”
“Ndra, sadar! Aku emang udah enggak bisa sayang sama kamu.! Kamu lembut, enggak tegas.! Bukan laki-laki seperti kamu yang aku mau.! Aku enggak mau ketemu kamu lagi.! Kita putus!”
Kata-kata itu terus mengiang di otaknya. Apa yang salah dengan Indra dia pun tidak tahu. Sebenarnya kata-kata itu hanya kiasan agar Indra sakit hati dan menjauhinya. Namun, justru kini kata-kata itu mendatangkan penyesalan dihatinya.
Maafin aku,ndra. Ucapnya dengan lirih dan air mata pun mengirinya tidur.
                                                                   ***
                                                        bersambung ....